Tamu

"Novel yang baru apa saja?" Seorang laki-laki masuk nyelonong ke kamarku.
"Entah."Jawabku pendek, datar, tak terlihat niat sedikitpun. Mataku fokus sekali pada monitor laptop, dengan dahi yang terasa kencang."
Laki-laki tadi mungkin sedang mengacak-acak koleksi novelku pada lemari-lemari yang tertata rapi di sekeliling tembok kamar. Sesekali ia batuk, mungkin karena debu.
"Kau berubah banyak sekarang. Harusnya ini tempat ternyaman buatku karena selalu ada update novel-novel terbaru yang bagus-bagus untuk kubaca." Terlihat kecewa sekali, mengambil beberapa novel bagus yang pernah di bacanya.
"Kembalilah ke sini saat novelku telah terbit." Tanggapanku kembali datar, juga ketus.
"Hahaha, entah sudah berapa ratus kali aku melihat matahari terbit setiap harinya, dan kau hanya mengatakan hal yang sama." Tawanya terdengar menyebalkan seperti biasa. "Sekarang apa yang sudah kau kerjakan? Telah memulai novelmu?"
"Belum."
"Kau sudah pernah berkali-kali memulainya, selalu gagal ditengah jalan. Beberapa kali selesai, tapi kau buang, tak seperti yang kau idamkan, katamu."
"Memang."
"Jadi sekarang apa yang kau kerjakan?"
"Hanya cerita pendek, sepertinya aku memang harus memulai dari hal-hal terkecil."
"Ah, kata itupun sudah kudengar dari setengah tahun lalu."
Aku hanya meliriknya, dan diam.
"Jadi, semua juga gagal?"
"Haha, bahkan selalu saja ada yang masih berkomentar tentang typoku. Walaupun lebih banyak berkata, terlalu datar untuk sebuah karya sastra."
"Jadi, sampe kapan akan kau teruskan? Mungkin kau memang hanya tak berbakat. Kita sudah punya penghasilan yang menyenangkan juga waktu luang. Fokus saja dengan hal itu, dan nikmati hidup dengan novel-novel yang beredar. Bukan hal yang salah kalau ada seseorang yang bisa melakukanya dan kau tidak kan?"
"Memang bukan."
"Jadi kenapa masih kau teruskan?"
Kuhirup nafas panjang, dan kemudian kuhempaskan. "Jadi bagaimana caranya mengubur sebuah mimpi yang tak pernah padam?" Kutatap matanya serius, kucari-cari jawaban apa yang akan ia berikan di matanya itu. "Diamlah saja di sana, suatu saat nanti, kupastikan kau baca karya fenomenal seperti karya-karya mereka yang kau banggakan."
Dia terdiam, mengerti sekali bahwa tak ada gunanya mendebatku, sahabatnya dari kecil.

Oleh Nunu Nugraha
7 Maret 2016
Follow my twitter: @NunuDNugraha

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

0 komentar:

Posting Komentar